TUGAS ARTIKEL
PERANAN
KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA DI INDONESIA
Seperti yang telah kita
ketahui bahwa Agama Hindu – Budha berasal dari India, kemudian menyebar ke Asia
Timur. Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu
terletak di antara dua benua ( Asia dan Australia ) dan dua samudra ( Indonesia
dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
Untuk lebih jelas nya mari amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia
Tenggara berikut ini:
Awal
abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat ( jalur sutera )
tetapi beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara
Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif
dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah
kontak atau hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina.
Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun
budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama
Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun
demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu -
Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.
Untuk
penyebaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat yaitu antara
lain:
·
Hipotesis
Ksatria, diutarakan
oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke
Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan
politik atau peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang
terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di
Indonesia.
·
Hipotesis
Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama
Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang
ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang
Indonesia.
·
Hipotesis
Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu
masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang
berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana
tersebut diduga karena undangan Penguasa atau Kepala Suku di Indonesia atau
sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Pada
dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria
dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah
bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan
Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu
kolot tidak boleh menyebrangi laut. Disamping pendapat tersebut, terdapat
pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk
lebih jelasnya simak uraian berikut ini.
Golongan ini
dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua
tahap yaitu sebagai berikut:
·
Pertama, proses penyebaran di
lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama
Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia
terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah
menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India
mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta
kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran
budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu
para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia
yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.
·
Kedua, proses penyebaran
kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut
aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus
mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana.
Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan
upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang.
Jadi hubungan
dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke
Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu
- Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung
oleh proses perdagangan.
Untuk agama
Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan
diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan
dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah
di Indonesia antara lain Sempaga ( Sulsel ), Jember ( Jatim ), Bukit Siguntang
( Sumsel ). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati
( India Selatan ) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan
arca perunggu berlanggam Gandhara ( India Utara ) di Kota Bangun, Kutai ( Kaltim
).
Seperti telah dijelaskan pada materi
sebelumnya, dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka
mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan
bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan
sendiri. Harus anda pahami masuknya pengaruh Hindu dan Budha merupakan satu
proses tersendiri yang terpisah namun tetap didukung oleh proses perdagangan.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu -
Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah,
ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia,
sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi
bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Budha.
Wujud akulturasi
tersebut dapat di simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1. BAHASA
Wujud
akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat di temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada
awalnya banyak ditemukan pada
prasasti ( batu bertulis ) peninggalan kerajaan Hindu - Budha
pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti Yupa
dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti
yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Untuk
aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi
huruf Jawa Kuno ( kawi ) dan huruf ( aksara ) Bali dan Bugis. Hal ini dapat
dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo ( Malang ) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang bahasa, untuk selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang bahasa, untuk selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
2. RELIGI
/ KEPERCAYAAN
Sistem
kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut atau mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat kita lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang religi/kepercayaan. Selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut atau mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat kita lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang religi/kepercayaan. Selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
3. ORGANISASI
SOSIAL KEMASYARAKATAN
Wujud
akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat kita lihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah
masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari ( dewa Syiwa dan Wisnu ) jadi satu.
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari ( dewa Syiwa dan Wisnu ) jadi satu.
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan.
PERANAN
KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Proses masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara
menemukan sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara.Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan kita simak uraian materi berikut ini:
1. TEORI
GUJARAT
Teori
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat ( Cambay ), India. Dasar dari teori ini adalah:
- Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
- Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay - Timur Tengah - Eropa.
- Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori
Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para
ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini
juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia ( Italia ) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula ) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa
di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam
dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori
Gujarat.
2.
|
TEORI MAKKAH
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab
(Mesir).
Dasar teori ini adalah:
Pendukung teori Makkah ini adalah
Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini
menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya
ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
|
Sebelum Islam
masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia
kembali mengalami proses akulturasi ( proses bercampurnya dua ( lebih )
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi ), yang
melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam
tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai
hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan atau material
tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
Untuk
lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi dapat kita
simak dalam uraian materi berikut ini.
1. SENI BANGUNAN
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada
bangunan masjid, makam, istana. Untuk lebih jelasnya silahkan kita lihat gambar
1 berikut ini:
Wujud akulturasi dari masjid kuno
seperti yang tampak pada gambar 1 memiliki ciri sebagai berikut:
- Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
- Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
- Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno selain
seperti yang tampak pada gambar 1 Anda dapat memperhatikan Masjid Agung Demak,
Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan
masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan
makam.
Untuk itu lihat gambar 2 makam Sendang
Duwur berikut ini:
2. SENI RUPA
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau
hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran
tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni
logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada gambar 3 ditengah
ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
3. AKSARA DAN SENI
SASTRA
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh
terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan
Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan
istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa
Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan
Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang
banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal
periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh
Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan
demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari
tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab
Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang
pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
- Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
- Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
- Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
- Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik atau buruk.
4. SISTEM
PEMERINTAH
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah
berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam
masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu atau Budha mengalami
keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam,
rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya
meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi atau di candikan tetapi dimakamkan
secara Islam.
5. SISTEM KALENDER
Sebelum budaya
Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka ( kalender
Hindu ) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama
pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya
Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan
perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada
kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, RamadhanPasa. Sedangkan nama-nama hari tetap
menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan. diganti dengan Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal
1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8
Agustus 1633 M. Untuk mengetahui bentuk kalender jawa tersebut, lihat gambar 5 berikut ini:
PERANAN KEBUDAYAAN MODERN DI INDONESIA
1. SISTEM
RELIGI
Bergesernya
sistem religi yang berakar pada kepercayaan tradisional menuju sistem religi
yang berlandaskan ajaran agama, merupakan contoh konkret adanya pengaruh
kebudayaan asing terhadap kebudayaan lokal. Bangsa Indonesia pada awalnya
menganut sistem kepercayaan kepada roh-roh leluhur maupun kekuatan gaib yang
diwariskan secara turun temurun. Namun, kini telah terkikis dengan adanya
ajaran agama yang menekankan kepada satu tujuan penyembahan yakni Tuhan Yang
Maha Esa. Meskipun demikian bukan berarti sistem religi tradisional yang
merupakan kebudayaan asli bangsa Indonesia telah punah. Hal ini tampak dalam
bentuk upacara adat tradisional yang telah mengalami penyesuaian dengan sistem
religi yang berdasarkan agama. Misal: upacara sedekah laut, upacara sekaten,
dan upacara yaqowiyu, merupakan bentuk-bentuk kebudayaan yang menggabungkan
unsur religi tradisional dengan agama.
2. SISTEM
PENGETAHUAN
Setiap
suku bangsa memiliki sistem pengetahuan yang membentuk unsur kebudayaan lokal.
Sebelum unsur pengetahuan kebudayaan asing memengaruhi kebudayaan lokal, nenek
moyang kita telah mengenal pengetahuan tentang kemaritiman, gejala alam,
perubahan musim, berburu, bercocok tanam sampai kepada pengetahuan tentang
pengobatan tradisional. Masuknya kebudayaan asing dengan membawa bentuk sistem
pengetahuan yang lebih modern telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap
keadaan alam sekitarnya. Pengetahuan tradisional yang cenderung berlandaskan
pada kemampuan intuitif yang irasional berubah ke pola pemikiran yang lebih
rasional. Misal: penemuan obat-obatan tradisional merupakan bentuk pengembangan
pengetahuan tradisional terhadap khasiat tumbuhan yang dipadukan dengan
pengetahuan modern (ilmu farmasi), sehingga menghasilkan obat yang alami dan
bebas dari bahan kimia. Demikian halnya pengaruh kebudayaan asing di
bidang pengetahuan yang berkaitan dengan cara bercocok tanam, telah mengubah
pola kehidupan petani tradisional menjadi lebih produktif.
3. SISTEM
TEKNOLOGI
Teknologi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berkaitan dengan peralatan yang dipergunakan manusia untuk mengubah keadaan sekitarnya maupun keadaan dirinya demi terpenuhinya kebutuhan hidup.Masuknya kebudayaan asing banyak memengaruhi teknologi tradisional yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia.
4. SISTEM KESENIAN
Dari waktu ke waktu kesenian tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan lokal mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya terutama para generasi muda. Masuknya kesenian mancanegara yang dirasa lebih menarik dan mewakili jiwa muda, banyak menggeser ruang gerak kesenian tradisional. Salah satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional agar tetap lestari adalah dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kesenian tradisional tersebut.
5. BAHASA
Bahasa merupakan sistem perlambang dalam komunikasi. Salah satu ciri suatu suku bangsa adalah memiliki bahasa daerah yang merupakan bahasa komunikasi antarwarga dalam kelompok suku bangsa yang bersangkutan. Pengaruh kebudayaan asing terhadap perkembangan bahasa daerah sangatlah besar. Terutama di daerah pesisir, di mana penduduknya banyak berinteraksi dengan suku bangsa lain (asing) yang memiliki komposisi bahasa yang berbeda dengan komposisi bahasa induknya. Misal: bahasa Jawa yang diterapkan di daerah pesisir berbeda dengan bahasa Jawa yang ada di daerah pedalaman. Secara umum, pengaruh kebudayaan asing khususnya dalam bahasa, bukan menghilangkan bahasa lokal, namun justru memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa lokal tersebut. Banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata-kata bahasa asing yang telah diserap menjadi kosakata bahasa Indonesia.
Teknologi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berkaitan dengan peralatan yang dipergunakan manusia untuk mengubah keadaan sekitarnya maupun keadaan dirinya demi terpenuhinya kebutuhan hidup.Masuknya kebudayaan asing banyak memengaruhi teknologi tradisional yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia.
4. SISTEM KESENIAN
Dari waktu ke waktu kesenian tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan lokal mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya terutama para generasi muda. Masuknya kesenian mancanegara yang dirasa lebih menarik dan mewakili jiwa muda, banyak menggeser ruang gerak kesenian tradisional. Salah satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional agar tetap lestari adalah dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kesenian tradisional tersebut.
5. BAHASA
Bahasa merupakan sistem perlambang dalam komunikasi. Salah satu ciri suatu suku bangsa adalah memiliki bahasa daerah yang merupakan bahasa komunikasi antarwarga dalam kelompok suku bangsa yang bersangkutan. Pengaruh kebudayaan asing terhadap perkembangan bahasa daerah sangatlah besar. Terutama di daerah pesisir, di mana penduduknya banyak berinteraksi dengan suku bangsa lain (asing) yang memiliki komposisi bahasa yang berbeda dengan komposisi bahasa induknya. Misal: bahasa Jawa yang diterapkan di daerah pesisir berbeda dengan bahasa Jawa yang ada di daerah pedalaman. Secara umum, pengaruh kebudayaan asing khususnya dalam bahasa, bukan menghilangkan bahasa lokal, namun justru memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa lokal tersebut. Banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata-kata bahasa asing yang telah diserap menjadi kosakata bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA







Komentar
Posting Komentar